PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA UMUMNYA
Dosen
pengampu : Enik Nur Kholidah, S.Pd, M.A.
Disusun oleh :
1.
Hardhika
Putra Pamungkas (11144600137/A4-11)
2.
Rarastiti
Kusuma Nugraheni (11144600135/A4-11)
3.
Amin
Prasetyo Aji (11144600154/A4-11)
4.
Herlina
Apriyanti (11144600161/A4-11)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI
YOGYAKARTA
2012
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmad dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Perkembangan dan Pertumbuhan pada Umumnya” dengan tepat
waktu sesuai dengan yang direncanakan. Makalah ini kami susun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kulias psikologi pendidikan di semester tiga.
Dengan
terselesaikannya makalah ini, tak lupa kami mengucap terimakasih kepada:
A. Ibu
Enik Nur Kholidah, S.Pd, M.A. sebagai dosen pangampu mata kuliah psikologi
pendidikan yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan makalah ini,
B. Kedua
orang tua kami yang telah memberikan semangat, demi terselesaikannya makalah
kami,
C. Semua
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.
Dalam
penyusunannya kami menyadari beberapa kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu dengan
kerendahan hati, saran dan kritik yang membangun sangat kami tunggu demi
peningkatan kualitas di masa mendatang.
Yogyakarta, 1 Oktober 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seorang
guru dikatakan berhasil melakukan kegiatan pendidikan, apabila ia berhasil
mencapai tujuan pendidikan, yaitu mentransfer
ilmu dan menanamkan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Keberhasilan sebuah
pendidikan, dapat dicapai apabila prosesnya menggunakan metode yang tepat.
Metode ini tentunya disesuaikan dengan kondisi peserta didiknya.
Kondisi
perserta didik ini diantaranyamencakup perkembangan dan pertumbuhan peserta
didik yang bersangkutan. Kesesuaian perkembngan dan pertumbuhan ini lah yang
coba kami jelaskan dalam makalah ini. Dengan pemahaman dan dengan penyesuaian
antara metode dan kondisi peserta didik ini, diharapkan proses pendidikan akan
menemukan keberhasilan.
Kedepannya, kami
berharap dengan adanya makalah ini dapat mebantu guru dan calon guru dalam
memahami perkembangan dan pertumbuhan peserta didiknnya dan menyesuaikan metode
pembelajaran dengan perkembangan dan pertumbuhan tersebut.
B.
POKOK
MASALAH
Pokok masalah yang akan
dijelaskan dalam makalah ini, antara lain :
1. Bagaimana
pertumbuhan dan perkembangan menurut para ahli ?
2. Apa
hakikat pertumbuhan dan perkembangan ?
3. Apa
hakikat peserta didik ?
4. Apa
manfaat mempelajari perkembangan dan pertumbuhan peserta didik ?
C.
TUJUAN
Dari latar belakang
diatas, maka tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1. Menjelaskan
pertumbuhan dan perkembangan menurut para ahli,
2. Menjelaskan
hakikat pertumbuhan dan perkembangan,
3. Menjelaskan
hakikat peserta didik,
4. Menjelaskan
manfaat-manfaat apa saja yang didapat dari mempelajari pertumbuhan dan
perkembangan.
BAB
II
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA UMUMNYA
A.
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MENURUT PARA AHLI
1. Teori Kognitif Jean Peaget
Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu Jean
Piaget (1896-1980), mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif
dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan
pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena informasi
tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia. Dalam pandangan Piaget,
terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu
pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia kita diterima oleh
pikiran, kita melakukan pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah
terjadi. Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu
asimiliasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan
informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi
adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru. Seorang
anak 7 tahun dihadapkan dengan palu dan paku untuk memasang gambar di dinding.
Ia mengetahui dari pengamatan bahwa palu adalah obyek yang harus dipegang dan
diayunkan untuk memukul paku. Dengan mengenal kedua benda ini, ia menyesuaikan
pemikirannya dengan pemikiran yang sudah ada (asimilasi). Akan tetapi karena
palu terlalu berat dan ia mengayunkannya dengan keras maka paku tersebut
bengkok, sehingga ia kemudian mengatur tekanan pukulannya. Penyesuaian
kemampuan untuk sedikit mengubah konsep disebut akomodasi.
Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan
melalui empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan
usia dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda. Berikut adalah penjelasan
lebih lanjut:
a. Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama
piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar
dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi
(seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan
fisik.
b. Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget,
pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar.
Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif.Egosentrisme adalah
suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan
perspektif oranglain dengan kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi
dirinya.
c. Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga
piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan
pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang
spesifik atau konkrit.
d. Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan
terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata,
pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.
Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa
berpindah ke ketahap berikutnya bila tahap sebelumnya belum selesai dan setiap
umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu
karena tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang bersangkutan.
Bisa saja seorang anak akan mengalami tahap praoperasional lebih lama dari pada
anak yang lainnya sehingga umur bukanlah patokan utama.
2. Teori Perkembangan Psikoseksual Sigmund Freud
Teori perkembangan psikoseksual Sigmund Freudadalah salah satu teori yang paling terkenal, akan tetapi juga salah satu
teori yang paling kontroversial. Freud percaya kepribadian yang berkembang
melalui serangkaian tahapan masa kanak-kanak di mana mencari kesenangan-energi
dari id menjadi fokus pada area sensitif seksual tertentu. Energi psikoseksual,
atau libido, digambarkan sebagai kekuatan pendorong di belakang perilaku.
Menurut Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar
dibentuk oleh usia lima tahun. Awal perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari. Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya adalah kepribadian yang sehat. Jika masalah
tertentu tidak diselesaikan pada tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi.
fiksasi adalah fokus yang gigih pada tahap awal psikoseksual. Sampai konflik
ini diselesaikan, individu akan tetap “terjebak” dalam tahap ini. Misalnya,
seseorang yang terpaku pada tahap oral mungkin terlalu bergantung pada orang
lain dan dapat mencari rangsangan oral melalui minum, atau makan.
a.
Fase Oral
Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi
melalui mulut, sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting.
Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan
oral melalui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap. Karena bayi
sepenuhnya tergantung pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk memberi makan
anak), bayi juga mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui
stimulasi oral. Konflik utama pada tahap ini adalah proses penyapihan, anak
harus menjadi kurang bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi pada
tahap ini, Freud percaya individu akan memiliki masalah dengan ketergantungan
atau agresi. fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah dengan minum, makan, atau
menggigit kuku.
b.
Fase Anal
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari
libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik
utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet – anak harus belajar untuk
mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa
prestasi dan kemandirian.
Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap
ini tergantung pada cara di mana orang tua pendekatan pelatihan toilet. Orang
tua yang memanfaatkan pujian dan penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat
yang tepat mendorong hasil positif dan membantu anak-anak merasa mampu dan
produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif selama tahap ini menjabat
sebagai dasar orang untuk menjadi orang dewasa yang kompeten, produktif dan
kreatif.
Namun, tidak semua orang tua memberikan dukungan dan
dorongan bahwa anak-anak perlukan selama tahap ini. Beberapa orang tua ‘bukan menghukum,
mengejek atau malu seorang anak untuk kecelakaan. Menurut Freud, respon
orangtua tidak sesuai dapat mengakibatkan hasil negatif. Jika orangtua
mengambil pendekatan yang terlalu longgar, Freud menyarankan bahwa-yg mengusir
kepribadian dubur dapat berkembang di mana individu memiliki, boros atau
merusak kepribadian berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau mulai toilet
training terlalu dini, Freud percaya bahwa kepribadian kuat-analberkembang di
mana individu tersebut ketat, tertib, kaku dan obsesif.
c.
Fase Phalic
Pada tahap phallic, fokus utama dari libido
adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga menemukan perbedaan antara pria dan
wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka
sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu. Kompleks Oedipusmenggambarkan
perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan ayah.Namun,
anak juga kekhawatiran bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan ini,
takut Freud disebut pengebirian kecemasan.
d.
Fase Latent
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi
seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran
intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan
keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri. Freud menggambarkan
fase latens sebagai salah satu yang relatif stabil. Tidak ada organisasi
baru seksualitas berkembang, dan dia tidak membayar banyak perhatian untuk
itu. Untuk alasan ini, fase ini tidak selalu disebutkan dalam deskripsi
teori sebagai salah satu tahap, tetapi sebagai suatu periode terpisah.
e.
Fase Genital
Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana
dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada kebutuhan individu, kepentingan
kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah
selesai dengan sukses, individu sekarang harus seimbang, hangat dan peduli.
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai
bidang kehidupan.
3. Teori Perkembangan Psikososial
Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori
perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu
teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson
percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu
elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan
persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan
sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson,
perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang
kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa
kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi
positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan
psikososial.
Ericson memaparkan teorinya
melalui konsep polaritas yang bertingkat/bertahapan. Ada 8 (delapan) tingkatan
perkembangan yang akan dilalui oleh manusia. Menariknya bahwa tingkatan ini
bukanlah sebuah gradualitas. Manusia dapat naik ketingkat berikutnya walau ia
tidak tuntas pada tingkat sebelumnya. Setiap tingkatan dalam teori Erikson
berhubungan dengan kemampuan dalam bidang kehidupan. Jika tingkatannya
tertangani dengan baik, orang itu akan merasa pandai. Jika tingkatan itu tidak
tertangani dengan baik, orang itu akan tampil dengan perasaan tidak selaras.
Dalam setiap tingkat, Erikson
percaya setiap orang akan mengalami konflik/krisis yang merupakan titik balik
dalam perkembangan. Erikson berpendapat, konflik-konflik ini berpusat pada
perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan untuk mengembangkan kualitas
itu. Selama masa ini, potensi pertumbuhan pribadi meningkat. Begitu juga dengan
potensi kegagalan.
a. Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
- Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan.
- Tingkatpertamateoriperkembanganpsikososial Erikson terjadi antara
kelahiransampaiusiasatutahun dan merupakantingkatanpalingdasardalamhidup.
- Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman
dalam dunia. Pengasuh yang tidak konsisten, tidak tersedia secara emosional,
atau menolak, dapat mendorong perasaan tidak percaya diri pada anak yang di
asuh. Kegagalan dalam mengembangkan kepercayaan akan menghasilkan ketakutan dan
kepercayaan bahwa dunia tidak konsisten dan tidak dapat di tebak.
b. Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and
doubt)
- Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun.
- Tingkat ke dua dari teori perkembangan psikososial Erikson ini terjadi
selama masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari
pengendalian diri.
- Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah
bagian yang penting sekali dalam proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup
berbeda dari Freud. Erikson percaya bahwa belajar untuk mengontrol fungsi tubuh
seseorang akan membawa kepada perasaan mengendalikan dan kemandirian.
- Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih
yakni atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.
- Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri,
sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap
diri sendiri.
c. Tahap 3.
Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)
- Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.
- Selama masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan
dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya. Mereka lebih
tertantang karena menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut
perilaku aktif dan bertujuan.
- Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah,
perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak
menyenangkan dapat muncul apabila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat
merasa sangat cemas.
- Erikson
yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa
berhasil.
d. Tahap 4.Industry vs Inferiority
Periode
perkembangan pada masa pertengahan dan akhir anak-anak (tahun- tahun sekolah, 6
tahun–pubertas). Pada masa ini berkembang kemampuan berfikir deduktif, disiplin
diri dan kemampuan berhubungan dengan teman sebaya serta rasa ingin tahu akan
meningkat. Ia mengembangkan suatu sikap rajin dan mempelajari sebab akibat dari
apa yang mereka lakukan. Lebih memperhatikan apa yang trejadi disekitarnya,
anak-anak berimajinasi memperoleh kemampuan 1 langkah berpikir mengkoordinasi
pemikiran & idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya
sendiri. Yang sangat dikhawatirkan pada tahap ini adalah jika anak tidak dapat
menyesuaikan diri atau tidak dapat mengembangkan dirinya anak tidak akan merasa
kemampuan lebih yang dapat ia lakukan dan merasa tidak yakin atas apa yang
kerjakan.
Contoh:
1.
Anak akan mencoba sesuatu yang ia inginkan, seperti
berorganisasi dan selalu menyumbangkan ide-idenya untuk memajukan organisasi
yang ia jalani.
2.
Anak yang selalu berdiam diri dan tidak ingin membaur
dengan lingkunan baru ia tidak dapat mengembangkan dirinya seperti anak yang
lain. Ia merasa dirinya tidak seperti anak-anak yang sering berkumpul atau pun
berorganisasi padahal ia berhal melakukannya.
d.
Tahap 5.Ego-Identity
vs Role Confusion (Identitas Diri vs Kekacauan Peran)
Periode
perkembangan pada masa remaja 12 -20 tahun. Pada tahap ini remaja atau individu
dapat mengenal lebih dalam tentang dirinya, sifat-sifat mereka, keinginan atau
cita-cita, tujuan mereka hidup, dan lain-lain yang bersifat mengenal pribadi
masing-masing. Masa ini mengembangkan perasaan identitas ego yang mantap pada
kutup positif dan identitas ego yang kacau pada kutub negatif. Erickson
menegaskan bahwa ada tiga unsur yang merupakan persyaratan didalam pembentukan
identitas ego, yaitu :
1.
Individu yang bersangkutan harus menerima atau
menggangap dirinya itu sama didalam berbagai situasi pengalaman dengan teman
sebayanya.
2.
Orang – orang disekitarnya, dalam satu lingkungan
sosial harus memiliki persepsi yang sama terhadap diri individu tersebut.
3.
Persepsi diri individu yang bersangkutan harus
memdapat uji validitas dalam pengalaman hubungan antara manusia. Jadi,
identitas ego positif akan menggambarkan kemampuan pemuda – pemudi yang
memahami dan menyakini tuntutan norma – norma sosial, sehingga tumbuh rasa
kesetiaan.
f. Tahap 6. Intimacy
vs Isolation (Keintiman vs Pengasingan)
Periode
perkembangan pada masa awal dewasa (20-24 tahun). Menurut Erickson, masa ini
menumbuhkan kemampuan dan kesediaan meleburkan diri dengan diri orang lain,
tanpa merasa takut merugi atau kehilangan sesuatu yang ada pada dirinya yang
disebut Intimasi. Ketidak mampuan untuk masuk kedalam hubungan yang menyenangkan
serta akrab dapat menimbulkan hubungan sosial yang hampa dan terisolasi atau
tertutup ( menutup diri ).
Contoh:
1.
Orang yang senang mengikuti organisasi kebanyakan dari
mereka lebih mudah bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dengan mudah,
karena ia sudah terbiasa berkomunikasi ataupun berhadapan dengan orang banyak
yang menjadikan ia terbiasa berbaur dengan sesuatu hal yang baru.
2.
Orang yang pendiam bukan berarti tidak dapat
berorganisasi tetapi kebanyakan dari mereka tidak bisa mencairkan suasana dalam
suatu suasana, mereka takut di anggap sok kenal atau jika ingin membaur
terkadang tidak tau bagaimana cara yang tepat.
g. Tahap 7. Generativity vs Stagnation (Perluasan vs
Stagnasi).
Periode
perkembangan pada masa pertengahan dewasa (sekitar 25 -50an). Masa dewasa
tengah, berlangsung pada usia 25-45 tahun. Generativitas yang ditandai jika
individu mulai menunjukkan perhatiannya terhadap apa yang dihasilkan,
keturunan, produk-produk, ide-ide, dan keadaan masyarakat yang berkaitan dengan
kehidupan generasi-generasi mendatang adalah merupakan hal yang positif.
Sebaliknya, apabila generativitas lemah atau tidak diungkapkan maka kepribadian
akan mundur dan mengalami pemiskinan serta stagnasi, jika pada usia ini
kehidupan individu didominasi oleh pemuasan dan kesenangan diri sendiri saja.
Individu negatif tidak menunjukkan fungsi-fungsi produktif, baik sebagai
perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat.
Contoh:
1.
Seorang yang berprofesi sebagai perancang busana ia
harus menambahkan atau memberikan koreksi-koreksi dari desain pakaiannya agar
telihat lebih idah jika digunakan oleh pemesannya.
2.
Dalam acara 17 Agustus di RT-nya ia tidak ikut
meramaikan acara yang diadakan 1 tahun sekali di lingkungan rumahnya, padahal
jika ia mau ia bisa ikut meramaikannya.
h.
Tahap 8. Integrity
vs Despair (Integritas dan Kekecewaan).
Periode
perkembangan pada masa akhir dewasa (60 tahunan). Masa untuk melihat kembali
apa yang telah kita lakukan dalam kehidupan kita, harapan positif. Kehidupan
baik akan merasa puas atau yang disebut integritas. Masa lalu negatif akan
timbul rasa keputusasaan. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu
keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda -benda dan orang-
orang, produk-produk dan ide-ide, dan setelah berhasil menyesuaikan diri dengan
keberhasilan- keberhasilan dan kegagalan-kegagalan dalam hidup. Sedangkan keputusasaan
tertentu menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap
kondisi-kondisi sosial dan historis.
Contoh:
1.
Seorang HRD yang bekerja disuatu perusahaan tidak akan
merasakarirnya atau pekerjaannya akan tamat saat ia pensiun, karena selama ia
bekerja ia sudah mempersiapkan dirinya dengan membangun toko kecil-kecilan
untuk usahanya jika ia sudah tidak bekerja.
2.
Seorang karyawan suwasta merasa was-was karena ia
belum memiliki tunjangan hari tua.
B. Hakikat Pertumbuhan dan
Perkembangan
1.
Hakikat Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah suatu proses
pertambahan ukuran, volume serta jumlah sel yang ditandai dengan bertmabahnya
berat, panjang, dan tinggi mahkluk hidup. Pertumbuhan bersifat irrevesible (tidak dapat kembali ke
bentuk semula) dan kuantitatif (dapat diukur). Hal ini berkaitan erat dengan
perubahan fisik manusia. Contoh : ukuran berat dan tinggi manusia.
2.
Hakikat Perkembangan
Perkembangan adalah suatu proses dari
organism muda menuju ke keadaan yang lebih dewasa (matang secara seksual sehingga
dapat melakuakan reproduksi). Perkembangan bersifat kualitatif (tidak dapat
diukur). Hal ini juga berkaitan erat dengan pematangan fungsi organ individu.
3.
Masa Perkembangan Individu
a.
Perkembangan Masa Prenatal
Perkembangan individu dimulai dari
masa prenatal, dalam masa prenatal ini terjadi proses pembuahan antara sel
kelamin laki-laki dengan sel telur, sampai pada seorang bayi dilahirkan. Periode
ini berlangsung selama 280 hari atau kurang lebih 40 minggu yang mulai dihitung
dari hari pertama mendtruasi terakhir.
b.
Perkembangan Masa Anak-anak Awal
Perkembangan ini berlangsung pada
seorang manusia pada rentang umur 2 sampai 6 tahun, yang pada umumnya
dikemlompokkan pada kelompok bermain atau taman kanak-kanak atau bisa juga
masuk ke dalam sekolah dasar.
1)
Perkembangan Fisik
Secara fisik, anak mengalami perlambatan
perkembangan apabila dibandingkan saat bayi. Setiap tahunnya, anak-anak yang
masuk dalam masa ini memiliki pertumbuhan tinggi sekitar 6,25 cm dan berat 2,5
sampai 3,5 kg. Pada masa ini ada beberapa postur anak, antara lain :
a)
Postur gemuk (endomorfik),
b)
Postur berotot (mesomorfik), dan
c)
Postur kurus (ektomorfik).
2)
Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik anak dalam masa ini
meliputi keterampilan-keterampilan yang meliputi apa yang diperlukan oleh
pribadinya sendiri. Pada masa ini anak harus sudah dapat mandi sendiri,
berpakaian, menyisir rambut, dan mengikat tali sepatu sendiri. Selain itu dalam
dunia bermain, anak sudah dapat melakukan permainan yang melibatkan tangan dan
kakinya.
3)
Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif anak pada masa ini
ditandai dengan adanya kemampuan operasional yang kacau dan belum terorganisir.
Semakin berkembang, anak semakin dapat melakukan hal-hal simbolis seperti
menirukan hal-hal di sekitarnya.
4)
Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial anak pada masa ini
adalah dengan belajar bahasa sesuai apa yang digunakan di lingkungannya.
Selain itu, dari kegiatan bermain, anak
mulai dapat mengerti tentang peraturan-peraturan sederhana yang ada di
lingkungan sosialnya.
5)
Perkembangan Emosional
Perkembangan emosional pada masa ini
meliputi penggunaan fisik anak untuk menyelesaikan konfliknya yang tidak bisa
diselesaikannya secara verbal. Anak juga mulai mengenal perasaan takut, senang,
dan sedih.
c.
Perkembangan Masa Anak-anak Akhir
Masa perkembangan anak-anak akhir
ini dimualai pada rentang umur 7-11 tahun, yaitu masa anak sekolah atau masa SD
pada umumnya. Dalam masa ini, naka mengalami perubahan yang lebih stabil,
diantaranya perubahan berat, tinggi dan dengan berbagai keterampilan. Pada masa
ini seharusnya anak didik untuk selalu aktif bergerak agar pertumbuhan fisiknya
berjalan dengan baik.
1)
Perkembangan Motorik
Perkembangan
motorik pada masa anak-anak akhir lebih halus dibandingkan dengan masa
anak-anak awal. Perkembangan motorik yang paling menonjol adalah dengan adanya
sistem kerja otot besar pada anak laki-laki lebih cekatan dibandingkan pada
anak perempuan.
2)
Perkembangan Kognitif
Anak
menggunakan operasi mental untuk memcahkan masalah – masalah aktual dan
berpikir logis. Laki-laki lebih pandai matematika an visuospasial, perempuan
lebih pandai dalam kemampuan verbal.
3)
Perkembangan Sosial
Waktu
yang dihabiskan oleh orang tua untuk mengasuh, mengajar berbicara dan bermain
dengan anak-anak mereka yang berusia 5 hingga 12 tahun kurang dari setengah
dari waktu yang dihabiskan ketika anak-anak masih lebih kecil. Persahabatan
penting bagi anak-anak karena berfungsi sebagai kawan, pendorong dukungan
fisik, dukungan EGO, perbandingan sosial, dan keakraban/afeksi.
4)
Perkembangan emosional
Anak-anak
akhir mengalami peningkatan kemampuan dalam memahami emosi yang kompleks
seperti rasa kebanggaan dan rasa malu. Peningkatan kemampuan dalam memahami
emosi ditandai adanya peningkatan kemampuan untuk menakan atau menyembunyikan
reaksi emosi yang negatif.
d.
Perkembangan Masa Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan
dari masa anak-anak ke masa dewasa.
1)
Perkembangan Fisik
Masa
remaja ditandai dengan percepatan pertumbuhan fisik, perubahan fisik yang
sangat pesat. Pada masa ini, tampak adanya perkembangan kematangan seksual
primer dan sekunder. Tanda-tanda kematangan seksual primer adalah pemasakan
pada organ tubuh yang langsung berhubungan dengan pertumbuhan dan proses
reproduksi. Sedangkan tanda-tanda kematangan seksual sekunder adalah menunjukan
tanda-tanda khas sebagai laki-laki dan perempuan.
2)
Perkembangan Kognitif
Remaja
tidak lagi terbatas pada pengalaman konkret aktual sebagai dasar aktual sebagai
dasar pemikiran. Sebaliknya, mereka dapat membangkitkan situasi-situasi
khayalan, kemungkinan-kemungkinan hipotesis, atau dalil-dalil dan penalaran
yang benar-benar abstrak. Selain abstrak, pemikiran remaja juga idealistis dan
lebih logis.
3)
Perkembangan Social
Dalam
beberapa kasus menimbulkan sesuatu dilema yang menyebabkan krisis identitas.
Pada masa ini, remaja nerusaha untuk menunjukan siapa diri dan perannya dalam
kehidupan masyarakat. Pada masa remaja, laki-laki mulai tertarik pada lawan
jenis, demikian juga sebaliknya. Keberhaislan dalam pergaulan sosial akan
menambah rasa percaya diri dan ditolak oleh kelompok merupakan hukuman yang
paling berat bagi remaja.
4)
Perkembangan Emosional
Pada
masa remaja terjadi ketegangan emosi yang bersifat khas sehingga masa ini
disebut masa badai dan topan. Remaja cenderung memandang dirinya dan orang lain
sebagaimana yang di inginkan bukan sebagaiman adanya, sehingga menyebabkan
emosi meninggi dalam diri remaja mulai timbul perhatian terhadap lawan jenis
(emosi cinta).
5)
Perkembangan Bahasa
Bahasa
remaja adalah bahasa yag telah berkembang. Remaja telah banyak belajar dari
lingkingan, dengan demikian bahasa remaja terbentuk oleh kondisi lingkungan.
Pengaruh pergaulan dengan teman sebaya cukup menonjol, sehingga bahsa remaja
menjadi lebih diwarnai oleh pola bahasa pergaulan yang berkembang didalam
kelompok sebaya.
e.
PerkembanganAwal Dewasa
Perembangan
ini
dimulai
pada
akhir
usiabelasan, dan
berahir
pada
usia
tiga
puluh
tahun. Pada
masa
ini
terbentukla
hmasa
dimana sesorang harus memilik ikemandirian.
f.
Perembangan
Masa
Pertengahan
Dewasa
Pada
perkembangan
ini
berjalan
ketika
seorang
individu
sedang
berada di antara 35 sampai
45 tahun dan berakhir kira-kira pada seseorang berumur 60 tahun.
Dalam masa ini seorang individu untuk memeperluas keterlibatan dan tanggung jawab pribadi maupun social, serta
membantu
mempersiapkan
generasi
berikutnya
dalam
berkembang
menjadi
manusia yang lebih
baik.
g.
Perembanganmasa
Akhir
Dewasa
Perkembangan
yang dimulai pada saat individu menginjak umur 60-70 tahun
dan
berakhir
saat
dengan
kematian
ini
adalah
masa
penyesuaian
individu
dengan
berkurangnya
kekuatan
dan
kesehatan.
Dan penyesuaian
diri
dengan
peran-perannya yang baru.
C. Hakikat PesertaDidik
Peserta
didik
adalah
mahkluk yang berada
dalam proses perkembangan
dan
pertumbuhan
menurut
fitrah
yang
masing-masing, mereka
memerlukan
bimbingan
dan
pengarahan yang konsisten
menuju
titik optimal kemampuan
fisiknya (EnikNurKholidah,S.Pd,
M.A. , 2012:34). Kedudukan peserta didik bukan hanya menjadi objek atau sasaran pendidikan, melainkan
juga
menjadi
subjek
pendidikan. Hal ini
dilakukan
supaya
peserta
didik
memiliki rasa mandiri
dan
berkembang
dengan
mengikutsetakannya
dalam proses pemecahan
masalah.
D. ManfaatMempelajariPerkembanganPesertaDidik
Manfaat
bagi
pendidik
dari
mempelajari
perkembangan
peserta
didik, seperti yang dikutip
dari
buku
Psikologi
Pendidikan karya
Enik
NurKholidah, S.Pd, M.A. ,
2012 :34 antara lain :
1.
Kita
(pendidik) mempunyai ekspektasi (harapan) yang nyata
tentang
anak
dan
remaja,
2.
Pengethuan
tentang
psikologi
perkembangan
anak
membantu
kita
untuk
merespon
sebagaimana
mestinya
pada
perilaku
tertentu
dari
seorang
anak,
3.
Pengetahuan
tentang
psikologi
perkembangan
akan
membantu
mengenali
berbagai
penyimpangan
dari
perkembangan yang normal,
dan
4.
Mempelajari
perkembanganan
akan
membantu
memahami
diri
sendiri.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan
dan
pertumbuhan
merupakan
dua
hal yang
berbeda.Perkembangan dapat diartikan sebagai proses pematangan
menuju
kedewasaan. Sedangkan
pertumbuhan, adalah proses
penambahan ukuran, volume, dan
jumlah
sel yang ditandai
dengan
penambahan
berat, tinggi, dan
panjang.
Perkembangan
dan
pertumbuhan
manusia
melewati
beberapa
tahapan, yakni :Perkembangan
masa prenatal, perkembangan
masa
anak-anak
awal, perkembangan
masa
anak-anak
akhir, perembangan
masa
remaja, perkembangan
awal
dewasa, perkembangan
masa
pertengahan
dewasa, dan
perkembangan
masa
akhir
dewasa.
Perkembangan
peserta
didik
dan
manfaat
bagi guru dan
calon guru dalam
mempelajari
perembangan
dan
pertumbuhan
peserta
didik
adalah
sebagai
pedoman agar metode yang
digunakan saat mengajar dapat sesuai dengan masa yang sedang
dijalani
oleh
peserta
didik, hal
ini
diharuskan agar proses pembelajaran
dapat
berhasil.
DAFTAR
PUSTAKA
Taslim S.T, Perkembangan Psikomotorik
pada Bayi dan Anak, Seminar dan
Pelatihan Sehari : Pencatatan Pemantauan Tumbuh Kembang Balita, Bag.
Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM. Jakarta: 8 Februari 2003.
Moersintowarti BN, Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak dan Remaja, (Surabaya: Continuing Education Ilmu
Kesehatan Anak FK. UNAIR, 2005), hlm. 24.
Ibid., hlm. 25.
Moersintowarti BN, Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak dan Remaja, (Surabaya: Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak
FK. UNAIR, 2005), hlm. 24.
Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak dan
Remaja, pada Pendidikan Ilmu Kesehatan
Anak, (Denpasar: FK UNUD, 2007), hlm. 241.
Markum AH, Tumbuh Kembang Anak,
(Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1991), hlm. 31.
Santrok, John W. 2002. Life Span
Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar